kokon

Penyeleksian Kokon Ulat Sutera

Diposting pada
kokon
Panen kokon mesti dijalankan dengan hati-hati. Lapisan berbulu di bagian luar kokon perlu dibersihkan dari kotoran. Setelah itu perlu diadakan pemilihan. Tujuannya untuk mendapatkan kokon-kokon yang baik. Kokon yang jelek disisihkan. Apabila di dalam kumpulan kokon yang baik terdapat kokon yang buruk, era sebagai bahan baku pemintalan benang sutera kesannya tidak akan baik.
Seleksi kokon perlu dilakukan secara teliti. Biasanya, dalam suatu unit usaha pemeliharaan ualat sutera ada bagian khusus, terdiri dari beberapa orang tenaga kerja yang melakukan penyeleksian kokon. Kokon yang jelek banyak macamnya. Semua kokon yang diklasifikasikan dalam kalangan ini tidak baik untuk dijadikan materi benang pintal. Adapun macam-macam kokon yang tergolong dalam pembagian terstruktur mengenai jelek yakni selaku berikut :
* Kokon Berlubang
Pada kokon terdapat lubang-lubang, biasanya dibagian ujung. Penyebab kerusakan kokon bisa karena jenis ulatnya, namun mampu juga oleh sebangsa lalat (Trycholyga Fly) yang suka menaruh telur pada kulit ulat sutera dan menghancurkan pada waktu pembetukan kokon.
* Kokon Kembar (double cocoon)
Ukuran kokon kembar ini besar dengan bulu bagian luar tidak beraturan. Kulit kokon banyak terdapat kerutan. Apabila dipintal, ujung serat ada dua atau lebih sehingga tidak dapat dijadikan bahan benang sutera. Kokon ini masih bisa dimanfaatkan untuk membuat benang dupion. Penyebab terjadinya dua ekor ulat atau lebih yang membuat kokon bahu-membahu. Bisa juga alasannya adalah alat pengokonan nkurang mencukupi, ulat terlalu matang atau cara pengokonan terlalu rapat.

* Kokon Kotor di dalam (inside soiled cocoon)
Bagian dalam kokon terdapat kotoran yang menempel. Ini alasannya adalah pemanenan yang lebih cepat ketimbang sebaiknya sehingga pupa menjadi luka dan meninggalkan kotoran. Penyebab lain adalah ulat-ulat yang mati di dalam kokon.

* Kokon Kotor di luar (outside soiled cocoon)
Pada bagian luar kokon ada kotoran-kotoran. Penyebab kotoran bisa alasannya jatuhan dari ulat lain, bekas ulat mati atau terkena kotoran dari kokon lain.

* Kokon Ujung Tipis (thin end cocoon)
Kedua ujung kokon memiliki kulit yang kurang normal, ialah tipis. Ulat betina lebih sering membuat kokon yang bentuknya seperti ini. Jenis bibit ulat dituding selaku penyebabnya. Penyebab lain, selama kurun inkubasi telur menerima suhu lebih tinggi dari normal. Akan tetapi, waktu pemeliharaan suhu rendah dan lembab. Mungkin juga alasannya adalah waktu pengokonan suhunya rendah, tetapi lingkungan kering.

* Kokon Kulit Tipis (thin shell cocoon)
Serat kokon tidak berukuran normal, tetapi lebih tipis. Hal ini sering terjadi bila pemeliharaan kala perulatan dijalankan kurang baik.

* Kokon Berbekas
Pada kokon terdapat bekas-bekas cap bab alat pengokonan. Penyebabnya sebab konstruksi alat pengokonan kurang baik. Atau, ulat belum matang namun sudah dipindahkan. Bisa pula ulat jenis tertentu menghasilkan kokon seperti ini.

* Kokon Berbentuk Aneh ( deformed cocoons)
Bentuk kokon tidak wajar , ada yang asimetris, besar sebelah, ada yang kerucut dan lain-lain. Ulat yang kurang kuat sering membentuk kokon mirip ini. Penyebab lain alasannya adalah jenis bibit yang kurang baik atau dikarenakan alat pengokonan jelek.

* Kokon Bulu
Ukuran kokon besar dengan permukaan tidak rata dan banyak bulu. Kokon mirip ini banyak dihasilkan saat suhu panas dan udara kering waktu pengokonan. Jenis ulat tertentu memiliki kecenderungan memproduksi kokon yang berbulu.

* Kokon dengan Kulit Berlapis (double layered cocoons)
Lapisan kulit kokon ini lebih dari satu, bahkan hingga tiga lapis. Bila dilihat dari luar memberikan cacat, sebab tidak terlihat. Perubahan suhu atau kelembapan yang ekstrim dengan secara tiba-tiba disangka selaku penyebabnya. Angin besar atau sinar matahari yang mengenai langsung termasuk salah satu faktornya.

* Kokon Berlekuk (thin middle cocoon)
Kokon ini ujungnya wajar , namun bab tengahnya lebih kecil atau berlekuk. Selain bibit, yang disangka selaku penyebabnya yakni inkubasi dalam suhu yang terlalu tinggi, ulat yang belum cukup matang di saat dipindah, serta keadaan pengokonan panas dan basah.

Gambar Gravatar
Salah seorang pakar di bidang kesehatan dan juga praktisi lingkungan dan sosial. Sudah berpengalaman beberapa tahun dan kini masih aktif terus menyuarakan pentingnya menjaga kesehatan.