Gejala
Ulat yang terserang akan kehilangan nafsu makan dan pertumbuhannya menjadi tidak seragam. Serangan lebih lanjut membuat ulat berhenti makan, tubuhnya menkerut, balasannya mati.
Serangan pada ulat kecil menimbulkan ulat tidak dapat berubah kulit, sehingga tetap tiggal pada instar III atau IV lebih dari 10 hari. Tanda lain dapat dilihat pada ngegat yang terjangkit pebrine. Ngengat yang terserang akan sulit keluar dari kulit pupa. Sayap ngengat tetap mengkerut tidak mengembang tepat dan gerakannya lamban, serta pasif sekali.
Penyebab
Penyakit seperti ini disebabkan oleh binatang bersel tunggal yang disebut Nosema bombycis. Ulat yang terjangkit penyakit ini pada setiap bab tubuhnya mengandung penyakit terutama dalam kelenjar suteranya. Penyakit ini pernah memporak-porandakan usaha pemeliharaan ulat sutera di Indonesia.
Spora dari Nosema bombycis yang keluar dari badan ulat yang sakit dapat menempel pada daun murbei, alas atau alat-alat pemeliharaan. Ulat yang sehat mampu tertulari kalau memakan daun yang mengandung spora tersebut atau bersentuhan dengan bantalan atau alat pemeliharaan yang tercemari spora.
Penanggulangan
Penanggulangan kepada penyakit ini sangat sulit. Ulat yang sudah terjangkit sebaiknya secepatnya dibakar kemudian tempat dan alat pemeliharaan didesinfeksi dengan larutan formalin 2%. Spora dari penyakit ini tahan kepada lingkungan yang kurang menguntungkan sehingga untuk membersihkan daerah yang terkontaminasi butuh waktu lama dan dikerjakan dengan teliti.
Salah seorang pakar di bidang kesehatan dan juga praktisi lingkungan dan sosial. Sudah berpengalaman beberapa tahun dan kini masih aktif terus menyuarakan pentingnya menjaga kesehatan.