Usaha pembibitan sendiri memiliki risiko yang cukup tinggi kalau tidak dibekali dengan pengetahuan yang cukup dan tidak ditunjang dengan perlengkapan yang memadai. Meskipun telur bisa dihasilkan, namun kemungkinan telur-telur tersebut terserang penyakit, pebrine contohnya, tetap tinggi. Jika telur-telur tersebut mengandung penyakit, maka akan berakibat hancurnya usaha pemeliharaan ulat sutera. Bahkan tidak tidak mungkin meluas merusak perjuangan-perjuangan sejenis di tempat-kawasan yang berdekatan. Aagar lebih kondusif, semestinya pengadaan bibit ini didatangkan saja dari pusat-pusat pembibitan yang memang telah terlatih menanggulangi bibit.
Bibit ulat sutera dijual dalam bentuk telur yang dikemas dalam suatu boks. Setiap boksnya berisi 20.000 butir telur. Bibit ini dapat diperleh di Pusat Pembibitan Ulat Sutera (PPUS) yang di kelola oleh Perum Perhutani. Untuk daerah Indonesia bab timur dan tengah, keperluan akan bibit mampu dipenuhi oleh PPUS Soppeng, Sulawesi Selatan. Sedangkan untuk Indonesia bab barat tersedia di PPUS Candiroto, Temanggung, Jawa Barat.
Dengan tersedianya bibit, aktivitas pemeliharaan selanjutnya meliputi sterilisasi ruangan dan perlengkapan. Setelah itu berturut-turut akan lewat tahap-tahap penetasan telur, pemeliharaan ulat yang baru menetas, pemeliharaan ulat kecil, pemeliharaan ulat besar, serta pengokonan.
Salah seorang pakar di bidang kesehatan dan juga praktisi lingkungan dan sosial. Sudah berpengalaman beberapa tahun dan kini masih aktif terus menyuarakan pentingnya menjaga kesehatan.