Gedung PWl Sulsel, Media, RRI hingga Stadion Mattoanging. Tulisan berikut ini adalah penggalan tulisan dari buku Prof H Zainuddin Taha berjudul Sulawesi Selatan dari A Achmad Rifai ke Achmad Lamo 1960 – 1970.
stadion terbesar di dunia, stadion palaran, stadion indonesia, stadion sepak bola, stadion termahal di indonesia, stadion terdekat, kapasitas stadion, pertandingan dilaksanakan di stadion menara apakah makna kata stadion
Gedung PWI, Media, RRI Hingga Stadion Mattoanging
Berikut Tulisannya :
Media komunikasi dan informasi yang paling menonjol dalam dekade 1960-811 adalah Jawatan Penerangan (Japen), Radio, Surat Kabar, dan Film.
Tahun-tahun sebelum terjadinya Gerakan 30 September/PKl pada tahun I965, sesuai
dengan kondisi politik yang serba terpimpin Jawatan Penerangan menjadi
juru bicara pemberi informasi utama tentang scgala kebijaksanaan Pemerintah.
Sesuai dengan Pedoman Bhakti Departemen Penerangan yang menjadi pegangan utamanya sejak tahun I945,
setiap petugas Jawatan Penerangan berkewajiban antara Iain:
- 1. Memberikan penerangan kepada segenap lapisan masyarakat tentang politik pemerintah dan segala peraturan yang dikeluarkannya,
- 2. Memberi pengertian kepada semua lapisan masyarakat tentang idiologi Pancasila dan UUD I945,
- 3. Memelihara semangat dan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan, dan
- 4. Memperkenalkan Negara Republik Indonesia ke Luar Negeri.
Simak Juga Berita Surat Kabar, contoh dan Peran Tionghoa di Minangkabau
Dalam melaksanakan tugas-tugas pokok tersebut, Jawatan Penerangan bekerja
sama dengan Radio Republik Indonesia (RRI), televisi, persuratkabaran, percetakan, dan perfilman.
Selama dekade 1960-an Jawatan Penerangan Provinsi Sulawesi Selatan dinakhodai oleh Drs. M. Riza.
Media Radio, yang di Makassar di kenal dengan RRI Nusantara 1, di bawah pimpinan M. Sani,
merupakan salah satu studio yang memiliki jangkauan siaran yang luas tidak hanya di
wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dan Tenggara, melainkan juga di seluruh wilayah Indonesia bagian Timur.
Studio RRI yang mula-mula berada pada sebuah rumah sewaan di Jalan Rajawali
berpindah ke gedung megah di Jalan Riburakne, di samping sebelah Utara Port Roterdam.
Selama RRI Nusantara l dipimpin oleh M. Sani, RRI Nusantara l mengalami kemajuan yang pesat.
Tiap bulan Suci Ramadhan, RRl menyelenggarakan lomba Seni Baca Al Quran (MTQ)
dan mencapai puncaknya dengan diselenggarakannya MTQ Nasional
Pertama pada Tangga124 November s.d. 1 Desember 1968 MM s.d. 12 Ramadhan 1388 H.
Suksesnya MTQ Nasional 1 tersebut tidak dapat dilepaskan dari usaha dan kerja
keras segenap pegawai RRI Nusantara 1 di bawah pimpinan M. Sani dan Arsyad Subik, BA.
Pada 1968, atau menjelang tahun 1969, Pimpinan Perusahaan Nasional Gobel
menemui Gubernur Achmad Lamo dan menyampaikan keinginannya untuk
mendirikan sebuah stasion televisi di Sulawesi Selatan dan meminta kepada
Pemerintah Daerah untuk memberi tanah untuk lokasi pembangunan studio beserta pemancarnya.
Gubernur Sulawesi Selatan, Achmad Lamo menyambut baik gagasan PT Nasional Gobel tersebut
dan memerintahkan Walikota Kotamadya Makassar, M. Dg. Patompo mencarikan lokasi yang cocok.
Setelah melakukan peninjauan lapangan dan pengkajian kelayakan tempat pembangunan.
Walikola Makassar menawarkan lapangan PSM di Jalan Kakatua dan berjanji akan
menggantikan tanah PSM dengan stadion sepakbola yang lebih baik di luar kompleks olahraga Mattoanging.
Usul Walikota mendapat persetujuan Gubernur maupun pihak Nasional Gobel
sehingga mulai tahun itu televisi Makassar mulai dibangun dan memacarkan siarannya secara terbatas.
Sayang sekali, sampai saat M. Dg. Ptompo berhenti sebagai Walikota, janji
mengganti tanah PSM tersebut tidak pemah terwujud, yang menjadikan Andi
Pangerang Petta Rani dan Kolonel M. Dg Sibali sangat marah kepada Patompo.
Persuratkabaran di Makassar dalam dekade l960-an tidak kalah kemajuannya dengan di kola-kota besar lain di Indonesia.
Sejak tanggal 1 Maret 1948 di Makassar telah terbit Harian Pedoman Rakyat yang
pada tahun 60-an sekaligus jadi koran terbesar di Sulawesi Sclatan.
Di bawah pimpinan wanawan senior LE. Manuhua dan M. Basir, harian ini menjadi
pelopor dalam pembentukan opini publik yang obyektif dan konstruklif.
Selain Harian Pagi Pedoman Rakyat, pada era 60-an terbit pula, harian-harian, seperti Harian Marhaen.
Harian Maju, Duta Masyarakat, Harian KAMI dan sejumlah mingguan lainnya. (*)
Penulis : Prof Dr H Zainuddin Taha
Nasyrah rumi adalah salah seorang kreator konten yang saat ini terus aktif menulis. Selengkapnya lihat di https://twitter.com/nasyrahanrumi