Kasus Ratna Sarumpaet Ratu Hoaks Dicopot dari Timses Prabowo-Sandi
Kasus Ratna Sarumpaet Ratu Hoaks Dicopot dari Timses Prabowo-Sandi

Kasus Ratna Sarumpaet Ratu Hoaks Dicopot dari Timses Prabowo-Sandi

Diposting pada

Kasus Ratna Sarumpaet Beredar tulisan Juru Kampanye Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Ratna Sarumpaet, mundur dari tim pemenangan. Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi, Dahnil Azhar Simanjuntak, membenarkan timnya sudah memberhentikan Ratna sebelum ada tulisan pengunduran tersebut.

Cari tahu juga ratna sarumpaet muda, ratna sarumpaet bebas, agama ratna sarumpaet, ratna sarumpaet sekarang, ratna sarumpaet dipukul, makalah tentang ratna sarumpaet, teater ratna sarumpaet, usia ratna sarumpaet

Baca Juga: Berita Terkini Ratna Sarumpaet Bangga Berhasil Sebar Haoks Di Pemerintahan Jokowi

Kasus Ratna Sarumpaet

“Badan Pemenangan Nasional sudah memberhentikan beliau sebelum surat itu ada. Sejak tadi kita tahu kebohongan dia,” kata Dahnil saat dihubungi, Rabu, 3 Oktober 2018.

Dalam surat Ratna yang beredar dengan tanda tangan Ratna, ia mengatakan akibat perbuatannya akan mempertanggungjawabkan perbuatannya. Ia menyatakan mundur dari timnses Prabowo-Sandi. Meski begitu, kasus ratna sarumpaet terus bergulir.

“Bersama ini saya Ratna Sarumpaet mengundurkan diri dari tim pemenangan Praowo-Sandi sebagai jurkamnas, nomor urut 42,” kata Ratna dikutip dari tulisan tangannya.

Sebelumnya, Ratna meminta maaf kepada Prabowo hingga Amien Rais karena berbohong terkait dugaan penganiayaan terhadapnya. Ratna mengaku telah berbohong dan tak ada penganiayaan. (ase)

Sumber: Ratna_Sarumpaet

Background Ratna Sarumpaet

Ratna Sarumpaet dibesarkan di keluarga Batak Kristen yang aktif dalam politik. Ratna adalah anak ke-5 dari 9 bersaudara, dari pasangan Saladin Sarumpaet, pendiri serta orang politik Partai Kristen Indonesia (Parkindo) yang memegang Menteri Pertanian serta Perburuhan dalam cabinet Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), serta Julia Hutabarat, orang aktivis hak-hak wanita.

Ke-2 nya mencolok dalam populasi Kristen. Tiga saudaranya – Mutiara Sani, Riris Sarumpaet serta Sam Sarumpaet – yakni anggota populasi seni Indonesia. Saat remaja dia berpindah ke Jakarta untuk belajar dalam sana, merampungkan sekolah menengahnya di PSKD Menteng.

Gempa Sulawesi Tengah Hari Ini Capai 384 Orang

Dalam biografinya, kawan sekelasnya Chrisye ingat jika Sarumpaet benar-benar yakin diri; ia mendata jika dia nikmati menulis puisi kemudian membacanya dengan nada keras sementara murid lain tersangkut dalam pekerjaan lain.

Di 1969 dia belajar arsitektur di Kampus Kristen Indonesia. Di saat berikut ia menyaksikan performa Kasidah Berzanji oleh satu kelompok yang dipegang oleh W.S. Rendra, yang meyakinkannya untuk keluar kampus itu serta masuk dengan kelompok itu.

Di tahun 1974 dia dirikan Teater Satu Merah Pentas, yang lakukan penyesuaian beberapa kreasi asing seperti Rubaiyat Omar Khayyam dan Romeo and Juliet serta Hamlet kreasi William Shakespeare – yang paling akhir, Sarumpaet mainkan andil tituler.

Sarumpaet jadi suka sama Islam di periode remajanya, tetapi baru jadi orang mualaf sesudah menikah dengan orang entrepreneur berdarah Arab-Indonesia, Ahmad Fahmy Alhady di tanggal 25 Juni 1972 serta sah berpisah di 23 November 1985.

Dari pernikahannya itu, dia diberi 4 orang anak ialah, Mohamad Iqbal (1972), Fathom Saulina (1973), Ibrahim (1979), serta Atiqah Hasiholan (1982).[8][5][4] Atiqah orang artis kemudian dapat menjadi bintang film ibunya Jamila.

Di tahun 1976, Sarumpaet, yang mengenyam kekerasan dalam rumah tangga, tinggalkan teater serta masuk industri film.

Sesudah perpisahannya, yang memerlukan waktu sekian tahun serta perlu rekam tulang rusuknya yang patah untuk penuhi kebutuhan di pengadilan agama, dia balik ke teater di tahun 1989 dengan pementasan Othello kreasi Shakespeare.

Sarumpaet mulai bekerja menjadi sutradara di tahun 1991, dengan seri tv Rumah Untuk Mama, yang ditayangkan di stasiun tv punya pemerintahan TVRI.

Di tahun yang serupa, dia mengolah Antigone, satu bencana oleh penulis Prancis Jean Anouilh, dalam latar Batak.[11]

Teater politik Ratna Sarumpaet

Sempat tempuh kuliah di Fakultas Tehnik Arsitektur serta Fakultas Hukum Kampus Kristen Indonesia, Ratna memutuskan kesenian menjadi alat perjuangannya.

Keterpihakannya di beberapa orang kecil serta marginal jadi topik tiap kreasi yang dilahirkannya yang kupas secara terbuka persoalan-persoalan kemanusiaan, keadilan serta kebenaran dan mempersoalkannya secara frontal ke hadapan pemerintahan.

Dalam lima belas tahun akhir, di tengahnya kegiatannya menjadi aktivis hak asasi manusia (HAM) serta kemanusiaan, Ratna udah hasilkan sembilan text sinetron, yang membuat dikenali dalam areanya.

Semuanya text itu dicatat untuk protes terdapatnya tindak ketidakadilan dalam pemerintah yang condong menindas golongan kecil serta kumpulan minoritas. Seluruh text di atas disutradarainya sendiri serta dibuat / dipentaskan kumpulan sinetron Satu Merah Pentas, yang dibangunnya 1974.

Di waktu 90-an, Ratna dikenali lantaran tersangkut menjadi aktivis dalam perkara Marsinah serta bela kesedihan rakyat Aceh yang terjerat dalam perang di antara TNI serta GAM.

Masalah ini mengakibatkan munculnya persoalan di antara ia dengan administrasi Orde Baru waktu itu. Di kampanye Pemilu 1997, mendekati jatuhnya administrasi Orde Baru, dia bersama kumpulan teaternya masuk dengan kampanye Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Ia sempat ditahan ketat sama kepolisian di sejauh jalan Warung Buncit, di mana Ratna serta teman-teman mengangkut suatu keranda tertulis “DEMOKRASI”.

Lantaran masalah ini Ratna serta beberapa kawannya sempat diamankan serta diinterogasi waktu 24 jam.

Di September 1997, Kepala Kepolisian RI tutup perkara pembunuhan Marsinah dengan argumen jika DNA Marsinah dalam penyidikan udah tercemar.

Sesudah penutupan perkara ini, Ratna menulis monolog “Marsinah Menuntut” serta membawanya dalam suatu tour ke sebelas kota di Jawa serta Sumatra.

Monolog ini dipandang seperti kreasi provokatif, di tiap kota yang mereka singgahi, Ratna serta teamnya terus mendapatkan penekanan ketat dari faksi aparatur pemerintah waktu itu.

Di Surabaya, Bandung serta Bandar Lampung, pementasan ini sampai dibuyarkan secara represif oleh pasukan anti huru-hara.

Dengan tingginya pro kontra Marsinah Menuntut, Ratna sukses bikin perkara pembunuhan Marsinah muncul.

Kebalikannya, mulai sejak itu rumah Ratna di Daerah Melayu Kecil sekalian jadi sanggahr Satu Merah Pentas terus dipantau intel.

Gambar Gravatar
Nasyrah rumi adalah salah seorang kreator konten yang saat ini terus aktif menulis. Selengkapnya lihat di https://twitter.com/nasyrahanrumi